I'jazul qur'an


A.      Pengertian I’jaz Al-Qur’an
Kata I’jaz terambil dari bahasa arab, berasal dari kata اعجز   yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai  mu’jiz (معجز) dan Tambahan (ة) pada akhir kata  معجزة  mengandung makna mubalaghah [superlatif]. Dengan demikian kata mukjizat itu berarti kemampuan untuk melemahkan yang di miliki sesuatu itu sangat tinggi karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki -Nyal [M. Quraish Shihab, 2001;23; Abu Zahra al-Najib, 1991;17].[1]
Kata Mukjizat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia”. Pengertian itu tidak sama dengan pengertian kata tersebut dalam istilah agama Islam.[2]
Secara Istilah Manna al-Qathan menjelaskan[3]
اْظهارصد ق النبي في دعوي الرسا لة با ظها ر عجز العرب عن معا رضته في معجزته الخا لدة وهي القران و عجزالا جيال بعدهم
Artinya : Memperlihatkan kebenaran nabi dalam pengakuannya kerasulannya dengan cara membuktikan kelemahan orang arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi kemukjizatan Al-Qur’an.
I’jaz dalam pembicaraan ini ialah menampakan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rosul dengan menampakan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Qur’an, dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka. Dan mukjizat adalah sesuatu hal yang luar biasa yang disertai tantangan dalam selamat dari perlawanan. Al-qur’an digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat fasahah dan balagah-nya, karena Qur’an adalah mu’jizat.[4]
Dari pengertian di diatas dapat dipahami bahwa bangsa arab dahulu meragukan Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad SAW sehingga orang-orang kafir berusaha menandingi Al-Qur’an dengan membuat seperti Al-Qur’an  walaupun satu ayat.Ternyata penyair yang terkenal  sekalipun tidak bisa menandingi kemukjizatan Al-Qur’an. Allah memberikan kemukjizatan kepada para nabi dan rosul.
Kelemahan bukan berarti bahwa Al-Qur’an memiliki suatu kekuatan sehingga orang yang ingin menandinginya kehilangan kekuatan atau kemampuan. Maksudnya, Al-Qur’an membuat orang kafir menyadari ketidaksanggupan mereka untuk menandingi Al-Qur’an[5]. Karena itu, Al-Qur’an benar-benar ijaz (melemahkan manusia) tidak ada seorang pun yang mampu menandinginya dan Al-Qur’an merupakan mukjizat yang abadi. Keutamaan mukjizat Al-Qur’an bukan hanya ditunjukan kepada bangsa arab melainkan diperuntukkan kepada seluruh manusia.
Rasululloh meminta orang Arab menandingi Qur’an dengan tahapan:
1.      Menantang mereka dengan seluruh Qur’an.
2.      Menantang mereka dengan sepuluh surah saja dari Qur’an.
3.      Menantang mereka dengan satu surah saja dari Qur’an..
B.       Macam-macam Mukjizat
Mukjizat ada dua macam yaitu bersifat indrawi dan rasional
1.      Mukjizat bersifat indrawi merupakan mukjizat yang dapat ditangkap indra manusia, bisa dirasakan, bisa dilihat mata,bisa didengar telinga bebrbagai mukjizat yang dibawa nabi terdahulu dan yang disebutkan didalam Al-Qur’an, seperti tongkat nabi Musa, nabi Sulaiman yang bisa mengerti bahasa burung dan segala hewan, nabi Isa yang bisa menyembuhkan orang buta dan menghidupkan orang mati dengan seizin Allah.[6]
Dimaksudkan untuk membuat pandangan mata terpana dan membuat kepala tertunduk, karena mereka kagum melihat hal-hal material yang diluar kebiasaan dan mukjizat bersifat indrawi ini berhenti seiring dengan berhentinya waktu kejadiannya.
2.      Mukjizat bersifat rasional memiliki unsur sastra dan akal, yaitu mukjizat yang hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang mau menggunakan akalnya (M. Quraish Shihab, 2001:36).[7]
Al-Qur’an merupakan mukjizat paling besar yang hanya diberikan kepada nabi Muhammad SAW. Mukjizat ini terus berlangsung menurut apa yang dikehendaki Allah. Mengingat nabi Muhammad SAW merupakan penutup semua risalah, maka Allah menguatkannya dengan mukjizat yaitu Al-Qur’an yang kekal dan bersifat universal.
C.     Segi-segi kemukjitan Al-Qur’an.
Dimaksud segi-segi ijaz Al-Qur’an ialah hal-hal yang ada pada Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah.
Menurut Quraish Shihab  segi-segi kemukjizatan Al-Qur’an,yaitu
1.      Segi Kebahasaan
1)      Susunan kata dan kalimat Al-Qur’an
Susunan kata yang indah dan ketelitian redaksi Al-Qur’an membuktikan  tidak ada yang mampu menandingi keindahan bahasanya, dari sini kita dapat mengatakan bahwa keunikan Al-Qur’an dari segi bahasa merupakan kemukjizatan utama yang ditunjukkan kepada masyarakat arab dan bahkan dapat melemahkan manusia yang mendengarkannya sehingga banyak orang yang masuk islam setelah mendengar bacaan Al-Qur’an.
Beberapa hal yang berkaitan dengan susunan kata dan kalimatnya, antara lain,  menyangkut:
a.      Nada dan langgamnya[8]
Jika kita mendengar ayat-ayat Al-Qur’an di bacakan maka hal pertama yang akan terasa di telingga kita adalah nada dan langgamnya. Hal ini disebabkan oleh huruf dari kata–kata yang dipilih melahirkan keserasiaan bunyi dan kemudian kumpulan kata-kata itu melahirkan pula keserasian irama dalam rangkaian kalimat ayat-ayatnya.
Bacalah Surah An-Naziat (79): 1-14
وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا (1)  وَالنَّاشِطَاتِ نَشْطًا (2)وَالسَّابِحَاتِ سَبْحًا (3) فَالسَّابِقاتِ سَبْقًا (4)
 فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا (5). (النازعات : 1-5)   
Kemudian begitu pendengaran mulai terbiasa dengan nada dan langam ini, Al-Qur’an mengubah nada dan langgamnya. Dengarkanlah lanjutan ayat tersebut
يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ (6) تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ (7)قُلُوبٌ يَوْمَئِذٍ وَاجِفَةٌ (8) أَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ(9) يَقُولُونَ أَئِنَّا لَمَرْدُودُونَ فِي الْحَافِرَةِ(10) أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا نَّخِرَةً (11) قَالُوا تِلْكَإِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ (12) فَإِنَّمَاِهيَ زَجْرَةٌوَاحِدَةٌ (13) فَإِذَا هُم بِالسَّاهِرَةِ (14). (النازعات :6-14)
Setelah itu dilanjutkannya dengan mengubah nada dan langgamnya hingga surah itu berakhir.
b.      Singkat dan padat
Al-Qur’an memiliki keistimewaan bahwa kata dan kalimatnya yang singkat tetapi sarat makna
c.        Mudah memahami ayat Al-Qur’an dan di ambil pelajarannya
d.     Memuaskan Akal dan jiwa
Manusia memiliki daya pikir untuk memberikan argumentasi guna mendukung pandangannya, sedangkan daya kalbu mengantarkannya untuk mengekspresikan keindahan dan mengembangkan imajinasi.
Contoh: bagaimana perintah berbuat baik kepada kedua orangtua dibarengi dengan argument logika yang dimulai dengan mengingat sang anak tentang supaya payah ibu mengandung, melahirkan dan menyusukan anaknya.
Selanjutnya perintah tersebut dikaitkan dengan sentuhan batin yakni mengingatkan manusia bahwa seseorang yang telah dewasa pasti mengharapkan anak-anaknya dapat berbakti. [9]
e.      Keindahan dan ketepatan maknanya
Tidak mudah menjelaskan keindahan bahasa Al-Qur’an bagi yang tidak memiliki pengetahuan tentang tata bahasanya, namun kalau kita membaca atau mendengar bacaan Al-Qur’an akan terasa nyaman dan menyentuh hati.
Dan ketepatan maknanya bisa kita menganalisis[10] QS. Al-Baqarah (2): 91
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُواْ بِمَا أَنزَلَ اللّهُ قَالُواْ نُؤْمِنُ بِمَا أُنزِلَ عَلَيْنَاوَيَكْفُرونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقاً لِّمَا مَعَهُمْ قُلْ فَلِمَتَقْتُلُونَ أَنبِيَاءَ اللّهِ مِن قَبْلُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Apabila dikatakan kepada mereka (orang-orang yahudi),, “percayalah apa yang diturunkan Allah,” mereka menjawab, “kami hanya percaya dengan apa yang diturunkan kepada kani.” Mereka mengkufuri apa yang datang sesudahnya, padahal ia membenarkan menyangkut apa yang ada pada (di tangan) mereka. Katakanlah, “Kalau demikian, mengapa kamu membunuh nabi-nabi Allah sebelum ini, kalau kamu memang percaya?”

Kandungan ayat diatas mencangkup tiga hal pokok:
Pertama, pernyataan  آمِنُواْ بِمَا أَنزَلَ اللّهُ (percayalah kepada apa yang diturunkan Allah) merupakan nasihat kepada orang yahudi unuk percaya kepada Allah.
Kedua, jawaban mereka نُؤْمِنُ بِمَا أُنزِلَعَلَيْنَا (kami percaya dengan apa yang diturunkan kepada kami) yang merupakan jawaban mereka mengandung dua maksud utama
Nasihat tersebut bermaksud menyatakan, percayalah kepada Al-Qur’an sebagaiman kalian percaya kepada Taurat. Bukankah kalian percaya kepada kitab Taurat yang dibawa Musa a.s. karena kitab Taurat diturunkan oleh Allah.kalimat diatas  singkat tapi mengandung makna yang padat. Kalimat ini menyebut alasan keharusan mempercayainya kerana Al-Qur’an diturunkan oleh Allah dan jawaban mereka mengndung makna bahwa kepercayaan mereka kepada Taurat bukan saja disebabkan karena ia diturunkan Allah tetapi juga karena ia diturunkan untuk kami.
Ketiga, merupakan tangkisan terhadap kedua jawaban itu وَهُوَ الْحَقُّ penggalan ayat ini menyatakan “Bagaimanamungkin kepercayaan mereka kepada Taurat mengantarkan mereka menolak Al-Qur’an, sedangkan Al-Qur’an adalah sesuatu yang hak, bahkan dialah kebenaran mutlak. Sehingga kepercayaan mereka kepada salah satunya mengakibatkan kekufuran mereka[11]
2)      Keseimbangan  Redaksi Al-Qur’an
Rasysad khalifah memulai pembuktian idenya tersebut dengan kata basmalah  yang terdiri dari 19 huruf.  بسم اللهالرحمن الرحيم  yang terdapat dalam Al-Qur’an. Tidak terlebih dan atau berkurang satu hruf pun dari kata-kata yang digunakan oleh Al-Qur’an kesemuanya habis terbagi oleh angka 19, perinciannya adalah sebagai berikut:[12]
a)      Ism (اسم dalam Al-Qur’an sebanyak 19 kali
b)     Allah  ( الله)sebanyak 2.698 kali yang merupakan perkalian 142 x19
c)      Ar-Rahman  الرحمن))  sebanyak 57 kali = 3 x 19
d)     Ar-Rahim  الرحيم))   sebanyak 114 = 6 x 19
Dari sini kemudian ia beralih pada keseimbangan-keseimbangan yang lain,seperti:[13]
a)      keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimya
الحياة ( kehidupan) dan الموت )kematian) masing masing sebanyak 145  kali
 النفع(an-naf’/ manfaat) dan الفسادal-fasad/kerusakan) masing-masing sebanyak 50 kali
b)     Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjuk kepada akibatnya
الانفاق ( al-infaq/ menafkahkan) danالرضا ( ar-ridha/ kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali
الكافرون (al-kafirun/ orang-orang kafir) dan النار (an-nar/ neraka) masing-masing sebanyak 154 kali
c)      Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya
الاسراف  (al-israf/ pemborosan) danالسرعة (as-sur’at/ ketergesa-gesaan) masimg-masing sebanyak 23 kali
2.      Adanya berita –berita ghaib  dalam Al-Qur’an
Ghaib adalah sesuatu yang tidak diketahui, tidak nyata atau tersembunyi. Al-Qur’an mengungkap sekian banyak hal ghaib meliputi  berita ghaib dari masa lalu, masa kini ataupun masa yang akan datang.
Contoh  dalam Al-Qur’an menceritakan hal-hal yang akan datang. Yakni, hal-hal yang pada waktu itu belum terjadi, tetapi kemudian terjadi terdapat dalam QS. Ar-Rum (30): 1- 4
الم (1) غُلِبَتِ الرُّومُ (2) فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُم مِّنبَعْدِ غَلَبِهِمْ (3) فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِنبَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ (4). ( الروم : 1-4)
Artinya: Alif Laam Miim (1) Telah dikalahkan bangsa Romawi (2) Di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang (3) dalam beberapa tahun lagi bagi Allah-lah segشla urusan sebelum dansesudah(mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman (4). (QS. Ar-Rum 1-4)
Sejarawan menginformasikan bahwa tahun 61 H terjadi peperangan antara Romawi dan Persia. Ketika itu bangsa romawi kalah atas Persia.  Dalam ayat ke tiga disebutkan bangsa romawi akan menang terhadap bangsa persia, setelah dikalahkan. Ternyata pemberitaan itu benar-benar terjadi dan pada tahun 622 M terjadi lagi peperangan antara keduanya dan pada peperangan ini dimenangkan oleh Romawi.[14]
3.      Isyarat-isyarat  ilmiah Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh Allah yang meengetahui segala rahasia dan hukum-hukumnya, bahkan dia juga yang menciptakan  rahasia-rahasia dan hukum-hukumnya. Didalam Al-Qur’an terdapat penjelasan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dalam redaksi yang singkat dan sarat makna
Contoh  ayat yang mengisyrakatkan peranan sperma dalam menentukan jenis kelamin anak.[15] adalah firman-Nya  dalam QS.  Al-Baqarah (2) : 223
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُواْ حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ ..... (البقرة: 223)
Artinya” Istri-istrimu adalah ladang bagimu,maka datangilah ladangmu bagaimana kau kehendaki……
Penjelasannya: Apabila petani menanam tomat di ladangnya, maka jangan harapkan yang tumbuh adalah buah selain tomat diladangnya, karena ladang hanya menerima benih. ini berarti yang menentukan jenis tanaman berbuah adalah petani bukan ladangnya. Jika demikian  bukan wanita yang menentukan jenis kelamin anak, tetapi yang menentukan adalah benih yang “ditanam” ayah di dalam rahim.
4.      Kemukjizatan Tasyri’
Allah meletakkan dalam diri manusia banyak garizah (naluri, insting) yang bekerja didalam jiwa dalam mempengaruhi hidupnya. Manusia pada dasarnya makhluk sosial, maka setiap masyarakat manusia harus mempunyai sistem yang mengatur kendalinya dan dapat mewujudkan keadilan di antara individu-individunya. Sistem dan tasyri’ ( perundang-undangan) yang bertujuan tercapainya kebahagiaan invidu di dalam masyarakat yang utama. Namun tidak satu pun satu dari padanya yang mencapai keindahan dan kebesaran seperti yang dicapai Qur’an dalam kemukjizatan tasyri’-nya. Qur’an menetapkan juga hukum mengenai hubungan interaksi

D.    Peranan i’jaz Al-Qur’an dalam pemahaman Al-Qur’an danpenyampaian Risalah
Dari pengertian diatas maka dapat kita ketahui peranan ijaz Al-Qur’an adalah
1.      Membuktikan kebenaran nabi Muhammad adalah benar-benar utusan Allah dan penyampai risalah
2.      Membuktikan Al-Qur’an  adalah benar-benar  wahyu Allah
3.      Memperkuat keimanan keimanan serta menambah keyakinan akan kekuasaan Allah
4.      Petunjuk bagi umat manusia
5.      Kitab untuk semua zaman
6.      Menunjukkan kelemahan mutu sastra manusia
7.      Semakin memperkaya khazhanah keilmuan yaitu ilmu umum dan  ilmu agama

E.     Hubungan Al-Qur’an dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dalam  segi  isyarat ilmiah telah dijelaska,  Berbagai ayat atau pun penggalan-pengalan ayat Al-Qur’an membicarakan masalah yang berkaitan dengan sains dalam redaksi yang singkat dan sarat makna. dSalah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah Al-Qur’an dan al- Sunnah mengajak kaum muslimin  untuk mencari ilmu serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Al-Suyuti  di dalam bukunya Al-Ithqan fi ‘Ulum Al-Qur’an, beliau  berpendapat  bahwa Al-Qur’an mencangkup seluruh Ilmu-ilmu:[16]
“Ia berpendapat bahwa Al-Qur’an mengandung seluruh ilmu pengetahuan dan kitab Allah itu mencangkup segala sesuatu, tidak ada bagian atau problem dasar suatu ilmu pun tidak ditunjukkan dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an seseorang dapat menemukan aspek-aspek menakjubkan pada penciptaan langit dan bumi.”
Para ulama terdahulu memandang Al-Qur’an sebagai sumber sagala ilmu itu lahir dari keyakinan terhadap komprehensifnya Al-Qur’an.  Tetapi ulama sekarang, di samping meyakini hal ini,lebih menekankan pembuktian akan keajaiban Al-Qur’an dalam bidang keilmuan.[17]
Didalam Al-Qur’an terlebih dahulu ditemukan teori-teori ilmu pengetahuan sebelum ditemukan oleh teori-teori ilmu pengetahuan modern. Teori Al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan teori ilmu pengetahuan modern. hal ini sudah diakui sacara luas, termasuk oleh kalangan ilmuwan barat bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdiri atas sumbangan ilmuwan –ilmuwan muslim.
Contoh kejadian alam semesta Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya satu gumpalan melalui Firman-Nya QS. Al-Anbiya (21): 30
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًافَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ. (الانبياء: 30)
Artinya Tidakkah orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (menyatu), kemudian kami memisahkannya dan kami jadikan dari  segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak juga beriman?

Apa yang telah dikemukan di atas tentang keterpaduan alam raya kemudian pemisahannya dibenarkan oleh obsevasi para ilmuan, yaitu observasi Edwin P. Hubble  melalui teropong bintang raksasa pada tahun1929 menunjukkan adanya pemuaian alam semesta.
Jadi, sains telah mengungkapkan tidak ada penemuan baru ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diramalkan oleh Al-Qur’an. Tetapi Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu alam ataupun fisika tetapi Al-Qur’an adalah kitab petunjuk atau pembimbing untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat, maka didalamnya terdapat berbagai peunjuk yang berkaitan juga dengan ilmu pengetahuan.
Dan penalaran yang dibangkitkan Al-Qur’an lewat berbagai petunjuk pengarahan dan hukum-hukum inilah yang bisa mewujudkan kebangkitan ilmiah dan menciptakan cendikiawan yang bisa melakukan penelitian dan inovasi di segala bidang seperti yang telah terjadi pada peradaban Islam




BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Mukjizat ada ada dua macam yaitu bersifat indrawi, yang dapat dijangkau oleh indra dan rasional yang dapat dimengerti oleh orang yang menggunakan akalnya yaitu Al-Qur’an yang ada disetiap rumah umat muslim dan setiap hari kita membacanya,ini membuktikan bahwa Al-Qur’an dipelihara keasliannya oleh Allah dan merupakan mukjizat yang abadi yang diberikan Allah kepada nabi Muhammad SAW sebagai penyampai risalah-Nya. Kemukjizatan Al-Qur’an untuk menunjukkan bahwa Al-Qur’an benar-benar wahyu Allah dan tidak ada ada yang dapat menandingi kemukjizatan Al-Qur’an.
Didalam Al-Qur’an terdapat segi-segi kemukjizatan dengan susunan kalimat  dan ungkapan yang mudah dipahami  dengan akal orang awam dan umat muslim pun mendapatkan sesuatu yang dapat memuaskan pikiran dan jiwanya secara bersamaan bagi setiap orang yang membacanya  dan Al-Qur’an. Kemukjizatan Al-Qur’an  juga meliputi semua perkembangan dan kemajuan ilmu  pengetahuan.
 Kemajuan sains tidak terlepas dari sumbangan pikiran dan penelitian ilmuwan-ilmuwan muslim yang mana  buku-bukunya banyak dipakai oleh univrsitas dan diterjemahkan kedalam berbagai bahasa.
B.     Saran
Setelah apa yang telah dipaparkan didalam makalah ini, semoga dapat menambah keimanan pemakalah khususnya  dan bagi kawan-kawan pada umumnya. Dan pemakalah meminta saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.




[1] Zuheldi, Ulumul Qur’an I, (Jakarta: PT Quantum Press, 2003), Cet. ke-1, h. 171

[2] M. Quraish Shihab, Mu’jizat al-Qur’anDitinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung: Mizan, 1998), Cet. ke- IV, h. 23

[3] Hasan  Zaini, et al, Ulum al-Qur’an, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2011), Cet. ke- 2, h. 176
[4] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (PT. Pustaka Litera AntarNusa, Jakarta : 1994). Hlm. 371
[5] Zuheldi, op.cit., h. 175

[6] Yusuf Al-Qaradhawi, Terjemahan Kaifa Nata’amal Ma’a Al-Qur’an, diterjemahkan oleh Kathur Suhardi, “Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an”, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2000), h. 28
[7] Zuheldi, op.cit., h. 177
[8] M.Quraish Shihab, op. cit., h. 118-120
[9] Ibid., h. 129

[10] Ibid., h. 134-135
[11] Ibid., h. 136

[12] Ibid., h.139
[13] Ibid., h. 141-142
[14] Hasan Zaini, op .cit., h.178

[15] M. Quraish Shihab, op. cit., h. 168-169
[16] Mahdi Ghulsyani,Terjemahan Filsafat sains menurut al-Qura, diterjemahkan oleh Agus Efendi, “The Holy Qur’an and Sciences of  nature”, (Mizan: Bandung, 1998), cet. x,  h. 139

Komentar

Postingan populer dari blog ini

EVALUASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

sumpah (Qasam) di dalam al-Qur'an

Fawatih as suwar